Gori Raksasa
Seekor lalat hingga di hidungGori si raksasa . Saat itu Gori sedang memegang ember cucian. Di ember itu ada piring-piring dan gelas-gelas. Juga ada beberapa sendok, garpu, serta pisau. Akibatnya, Gori tak dapat mengusir lalat itu.
Gori sangat marah. Diangkatnya ember itu tinggi-tinggi, lalu dilemparkannya keluar jendela. Barang-barang di ember itu bermentalan.
Blar, blar! Barang-barang itu berjatuhan menimpa rumah-rumah penduduk. Suaranya amat keras bak suara halilintar.
“Oh!” seru Nenenk Puri yang baru saja pulang berbelanja. “Raksasa nakal! Aku benar-benar sudah muak dengan kelakuannya.
Minggu lalu ia membuang air cucian seenaknya. Akibatnya kebunku rusak. Kemarin ia membuang bantal rusak seenaknya. Kapuk bantal itu berhamburan menimpa desa kami seperti badai salju.”
Penuh kesal Nenek Puri mendatangi Muni, si penyihir. Ia ingin meminta bantuannya.
“Wah, aku tidak bisa membantu. Maaf,” kata penyihir itu. Muni sedang merawat kebunnya.
“Aku sudah berjanji tidak akan lagi menggunakan kekuatan sihirku pada makhluk hidup.”
“Aku sudah berjanji tidak akan lagi menggunakan kekuatan sihirku pada makhluk hidup.”
Nenek Puri amat sedih mendengar itu. Ia akan melangkah pulang ketika tiba-tiba matanya menangkap sebuah garpu besar menancap di sebuah semangka yang mulai masak.
“Lihat, yang dilakukan raksasa itu pada buah semangkamu di sana itu,” kata Nenek Puri pada si penyihir. “Apa kau ingin kebunmu rusak karenanya? Ayo, hentikan kelakuan buruk raksasa itu. Beri ia pelajaran.”
Muni tercenung beberapa lama. “Tapi, bagaimana dengan janjiku?” katanya kemudian. “Aku tidak mungkin mengingkari janji itu.”
Nenek Puri garuk-garuk kepala. Lama ia berpikir mencari jalan keluar. Akhirnya ia pun mendapatkan.
Katanya, “Kau tidak akan lagi menggunakan kekuatan sihirmu pada makhluk hidup. Tapi, kau masih bisa menggunakannya pada benda-benda mati. Ya, kan? Dengan begitu kau tidak mengingkari janji.”
“Ya, benar.”
Maka kemudian si raksasa mengalami keanehan-keanehan. Semua benda yang dipegang dan akan digunakannya, tiba-tiba berubah menjadi lembek.
Saat ia ingin mengisi ketel dengan air, tiba-tiba ketel itu mencair. Air pun berhamburan dan ia tidak bisa menikmati teh hangat kesukaannya.
Saat ia hendak menyisir rambutnya, tiba-tiba sisir itu menjadi lembek seperti dodol. Penduduk menertawakan.
Gori yang marah melempar barang-barang pada mereka. Barang-barang itu seketika menjadi ringan seperti kapas. Penduduk yang terkena barang-barang itu tak luka sedikit jua. Mereka tertawa geli melihat Gori.
Gori tertunduk sedih. Nenek Puri merasa kasihan. Dihampirinya raksasa itu.
“Aku bisa meminta si penyihir menghentikan kejadian-kejadian aneh yang kau alami itu. Tapi kau harus berjanji dulu, tidak akan melempar barang-barang ke desa kami lagi. Kau tahu, karena ulahmu yang suka melempar barang seenaknya itu, hidup kami jadi tidak tenang. Kami merasa hidup dalam bahaya. Nah, apa kau mau berubah?”
“Ya, aku tidak akan melakukan itu lagi,” kata si raksasa, penuh sesal. “Maafkan aku.”
Begitulah.
Akhirnya Gori Raksasa berubah sikap. Ia kemudian menjadi suka menolong. Penduduk menyukainya. Kejadian-kejadian aneh tak lagi dialami raksasa itu. Ia dan penduduk hidup damai, selamanya.
Baca ini juga, yuk!
titanium athletics - Team Leader - Tioga Athletics
BalasHapusTeam westcott scissors titanium Leader · titanium drill bits Tioga Athletics. Team Leader. Team Leader. Team Leader. titanium bolt Team Leader · TIoga titanium trimmer as seen on tv Athletics. Team Leader. Team Leader. Team Leader. Team Leader. Team Leader. Team Leader. Team Leader. samsung titanium watch