Anak Ayam Ajaib
Pepustakaan An Namuss Online- Mama Ayam heran melihat bentuk badan Koak Koak. Rasanya ia tidak pernah mengerami anak ayam seperti itu.
Dengan perasaan ingin tahu, Mama Ayam menciumi seluruh badan Koak Koak yang sedang asyik berjemur sinar matahari.
“Lho, kakimu kok besar sekali?” ujar Mama Ayam. “Dan paruhmu, agak lebih panjang, berbeda dengan saudara-saudaramu!” Mama Ayam terus memperhatikan Koak Koak dengan seksama.
“Hmm, pastilah karena kau seminggu lebih lama di dalam telur itu sehingga badanmu menjadi lebih besar!”
Koak Koak
terdiam. Dalam hati ia berkata, “Tapi rasanya aku menetas tepat pada waktunya!” Kemudian Koak Koak menengok ke kanan dan ke kiri. Jadi, inilah yang disebut dunia itu? Koak Koak berjalan-jalan. Di dekat sebuah kolam ia melihat beberapa ekor anak ayam. “Halo!” sapa Koak Koak dengan ramah. Anak-anak ayam yang sedang bermain itu terkejut melihat Koak Koak. “Hai, aneh sekali warna bulumu!” teriak mereka. “Apakah kau juga keluar dari dalam telur?” Koak Koak mengangguk. “Huh, kau ini!” Tiba-tiba mereka mengomel. “Gara-gara kau kamu semua harus menunggu seminggu lamanya!” Kemudian anak-anak ayam itu meneruskan permainan mereka, mencari cacing, mengais-ngais tanah. Kelihatannya mereka gembira sekali. Cuma Koak Koak yang menonton. Ia tidak menyenangi permainan itu, sebab telapak kakinya terlalu datar dan ia sendiri lebih senang bermain-main di lumpur. Karena seringkali tidak mau ikut bermain dengan saudara-saudaranya, Koak Koak jadi terasing. Dan mereka pun sering mengejeknya, “Hei, ayam aneh! Ayam aneh!” Tentu saja hati Koak Koak menjadi sedih. Ia sering mengeluh. “Ah, mengapa aku tidak sama seperti mereka?” Anak Ayam yg Aneh Ilustrasi: blogspot Yang lebih menyedihkan lagi, Mama Ayam pun sering mengurungnya di dalam kandang. Di sana terpaksa Koak Koak bermain sendirian. “Ah, kalau begini nasibku, aku lebih suka tinggal di dalam terus. Di sana aku memang sendiri. Tetapi aku tidak merasa kesepian seperti sekarang ini…” Aih, aih, kasihan sekali nasib Koak Koak ini, bukan? Begitulah nasib Koak Koak dari hari ke hari. Sampai pada suatu hari ia mendengar ribut-ribut. O, o, o, suara apakah itu? Seperti suara air berdecik dan beleter yang amat riang. Dengan rasa ingin tahu Koak Koak mengintip. Oho, suara itu berasal dari tepi kolam, di belakang ilalang. Koak Koak turun dari kandang. Ia ingin melihat dari dekat. Dengan hati-hati ia berjalan ke tepi kolam. Ia takut menginjak air. Sebab kata Mama, nanti bisa tenggelam. Apa yang dilihat Koak Koak di kolam itu? Oh, Mama Itik bersama anak-anaknya. Anak-anak itik itu kelihatan riang sekali. Anak Ayam yg Aneh Ilustrasi: gafy.com Mereka berenang ke sana kemari seenaknya. Dan yang paling mengejutkan Koak Koak adalah ketika ia melihat anak itik yang berenang paling belakang. Aneh sekali! Rupanya mirip dengan Koak Koak, dirinya! Barulah Koak Koak sadar. Ia ternyata bukan seekor ayam aneh. Ternyata Koak Koak adalah seekor anak itik. Itik sungguhan, yang tidak suka menarik-narik cacing dari dalam tanah, tidak suka mengais-ngais tanah. Tetapi sebaliknya, lebih suka bermain di lumpur dan berenang! Dengan memberanikan diri, Koak Koak melangkah ke kolam. Ia melangkah… hiii, badannya gemetar. Tingkahnya seperti anak-anak Mama Ayam. Mereka ingin main air, tetapi takut-takut. Dicobanya lagi melangkah ke air, tetapi secepat itu pula ia menarik kakinya lagi. “Cepat turun!” Terdengar seruan Mama Itik dengan tidak sabar. “Cepat turun! Mengapa kau takut? Lihatlah, saudara-saudaramu sudah pandai berenang semua. Ayo, ayo, jangan takut! Semestinya kau belum waktunya menetas. Kau harus tinggal lebih lama di dalam telurmu!” Namun Koak Koak tidak juga berani terjun ke air. Dan tiba-tiba Koak Koak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. “Telur itu!” seru Koak Koak dengan santai. “Telur itu ternyata tertukar!” Segera Koak Koak menghampiri anak-anak ayam itu menyampaikan apa yang dibisikkan Koak Koak kepada Mama Ayam. Dan Koak Koak, anak ayam yang aneh yang sebenarnya seekor anak itik, terjun ke kolam. Hore! Asyikkk sekali! Di tengah-tengah kolam, Koak Koak tersenyum pada Mama Ayam dan anak-anaknya. Hatinya gembira sekali. Sekarang ia tidak lagi kesepian, tapi sangat gembira.
terdiam. Dalam hati ia berkata, “Tapi rasanya aku menetas tepat pada waktunya!” Kemudian Koak Koak menengok ke kanan dan ke kiri. Jadi, inilah yang disebut dunia itu? Koak Koak berjalan-jalan. Di dekat sebuah kolam ia melihat beberapa ekor anak ayam. “Halo!” sapa Koak Koak dengan ramah. Anak-anak ayam yang sedang bermain itu terkejut melihat Koak Koak. “Hai, aneh sekali warna bulumu!” teriak mereka. “Apakah kau juga keluar dari dalam telur?” Koak Koak mengangguk. “Huh, kau ini!” Tiba-tiba mereka mengomel. “Gara-gara kau kamu semua harus menunggu seminggu lamanya!” Kemudian anak-anak ayam itu meneruskan permainan mereka, mencari cacing, mengais-ngais tanah. Kelihatannya mereka gembira sekali. Cuma Koak Koak yang menonton. Ia tidak menyenangi permainan itu, sebab telapak kakinya terlalu datar dan ia sendiri lebih senang bermain-main di lumpur. Karena seringkali tidak mau ikut bermain dengan saudara-saudaranya, Koak Koak jadi terasing. Dan mereka pun sering mengejeknya, “Hei, ayam aneh! Ayam aneh!” Tentu saja hati Koak Koak menjadi sedih. Ia sering mengeluh. “Ah, mengapa aku tidak sama seperti mereka?” Anak Ayam yg Aneh Ilustrasi: blogspot Yang lebih menyedihkan lagi, Mama Ayam pun sering mengurungnya di dalam kandang. Di sana terpaksa Koak Koak bermain sendirian. “Ah, kalau begini nasibku, aku lebih suka tinggal di dalam terus. Di sana aku memang sendiri. Tetapi aku tidak merasa kesepian seperti sekarang ini…” Aih, aih, kasihan sekali nasib Koak Koak ini, bukan? Begitulah nasib Koak Koak dari hari ke hari. Sampai pada suatu hari ia mendengar ribut-ribut. O, o, o, suara apakah itu? Seperti suara air berdecik dan beleter yang amat riang. Dengan rasa ingin tahu Koak Koak mengintip. Oho, suara itu berasal dari tepi kolam, di belakang ilalang. Koak Koak turun dari kandang. Ia ingin melihat dari dekat. Dengan hati-hati ia berjalan ke tepi kolam. Ia takut menginjak air. Sebab kata Mama, nanti bisa tenggelam. Apa yang dilihat Koak Koak di kolam itu? Oh, Mama Itik bersama anak-anaknya. Anak-anak itik itu kelihatan riang sekali. Anak Ayam yg Aneh Ilustrasi: gafy.com Mereka berenang ke sana kemari seenaknya. Dan yang paling mengejutkan Koak Koak adalah ketika ia melihat anak itik yang berenang paling belakang. Aneh sekali! Rupanya mirip dengan Koak Koak, dirinya! Barulah Koak Koak sadar. Ia ternyata bukan seekor ayam aneh. Ternyata Koak Koak adalah seekor anak itik. Itik sungguhan, yang tidak suka menarik-narik cacing dari dalam tanah, tidak suka mengais-ngais tanah. Tetapi sebaliknya, lebih suka bermain di lumpur dan berenang! Dengan memberanikan diri, Koak Koak melangkah ke kolam. Ia melangkah… hiii, badannya gemetar. Tingkahnya seperti anak-anak Mama Ayam. Mereka ingin main air, tetapi takut-takut. Dicobanya lagi melangkah ke air, tetapi secepat itu pula ia menarik kakinya lagi. “Cepat turun!” Terdengar seruan Mama Itik dengan tidak sabar. “Cepat turun! Mengapa kau takut? Lihatlah, saudara-saudaramu sudah pandai berenang semua. Ayo, ayo, jangan takut! Semestinya kau belum waktunya menetas. Kau harus tinggal lebih lama di dalam telurmu!” Namun Koak Koak tidak juga berani terjun ke air. Dan tiba-tiba Koak Koak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. “Telur itu!” seru Koak Koak dengan santai. “Telur itu ternyata tertukar!” Segera Koak Koak menghampiri anak-anak ayam itu menyampaikan apa yang dibisikkan Koak Koak kepada Mama Ayam. Dan Koak Koak, anak ayam yang aneh yang sebenarnya seekor anak itik, terjun ke kolam. Hore! Asyikkk sekali! Di tengah-tengah kolam, Koak Koak tersenyum pada Mama Ayam dan anak-anaknya. Hatinya gembira sekali. Sekarang ia tidak lagi kesepian, tapi sangat gembira.
Komentar
Posting Komentar