Telur Ayam Ajaib
Pepustakaan An Namuss Online -Pagi-pagi sekali, seperti biasa Suntaram pergi ke sawah. Ia adalah seorang pemuda desa yang rajin.
Orang tuanya telah lama tiada. Harta peninggalan untuknya hanya gubuk tua dan sepetak sawah.
Suntaram mencabuti rumput-rumput liar di sekitar sawahnya. Tiba-tiba ia sadar! Saluran air sawahnya tersumbat!
Ia segera memeriksa. Ternyata sebutir telur berwarna keemasan yang menyumbat saluran itu! Warnanya berkilau terkena sinar matahari. Telur apa ini? Pikir Suntaram.
Malamnya, Suntaram mengamati benda itu dengan diterangi lampu minyak. Ia memutuskan akan membawanya ke Baginda Martapura.
Suntaram tidak tahu kalau benda itu adalah telur ayam emas Dewa Wisnu. Telur itu terjatuh dari kahyangan.
Karena sepanjang malam dihangati cahaya lampu, esoknya telur itu menetas. Suntaram menemukan
anak ayam di samping pecahan cangkang telur. Ia kini mengerti, “Ternyata benda ini telur ayam ajaib!” gumamnya. Suntaram segera membawa anak ayam itu ke istana. Ia ingin menyerahkannya kepada Baginda Martapura. Namun penjaga pintu gerbang mengusirnya. Suntaram dianggapnya pembual. Dengan senang hati Suntaram memelihara anak ayam itu. Ia memberinya nama Jaluk. Delapan bulan pun berlalu. Jaluk menjadi seekor ayam jago yang besar dan kuat. Bulu-bulunya sangat indah. Di setiap helainya terdapat benang emas. Sehingga Jaluk selalu tampak berkilau. Jaluk selalu berkokok pada saat matahari terbit. Namun ada syaratnya. Badan Jaluk harus menghadap sang surya. Bila ia berkokok, suaranya merdu sekali, “Uuuk… uuk uuuk uuuuk…” Suatu ketika, Baginda Martapura jatuh sakit. Tabib istana tidak berhasil menemukan obatnya. Putri Nalam sangat sedih melihat keadaan ayahandanya. Telur Ayam Emas Ilustrasi: jamboree.freedom-in-education.co.uk Suatu malam, Baginda Martapura berkata kepada putrinya, “Nalam anakku, ayah bermimpi melihat seberkas sinar di halaman istana. Ketika Ayah dekati, terdengar suara kokok ayam yang indah sekali." "Namun sayang sekali… ayah tidak tahu benda apa yang bercahaya itu. Oh, tiba-tiba saja Ayah sangat ingin memilikinya…” Esok harinya, berita tentang mimpi itu tersebar di istana. Penjaga gerbang yang pernah mengusir Suntaram teringat pada anak ayam Suntaram. Ia segera melapor pada Panglima Sarongga. “Hmm, jika aku berhasil memiliki ayam ajaib itu, aku bisa melamar Putri Nalam. Itu berarti aku akan menjadi pewaris takhta kerajaan Martapura,” pikir Panglima Sarongga culas. Ia segera mengusulkan agar Baginda Martapura mengadakan sayembara. Jika wanita yang menemukan benda itu, akan dijadikan saudara Putri Nalam. Jika pria, akan dijadikan suami sang putri. Demi kebahagiaan ayahnya, Putri Nalam setuju. Sayembara segera diumumkan. Sementara itu, Panglima dan beberapa pengawal pergi menemui Suntaram. “Apakah benar engkau memiliki seekor ayam emas?” tanya panglima. “Benar Tuan. Apakah yang dapat hamba lakukan?” tanya Suntaram heran. Panglima Sarongga menjawabnya dengan air muka sedih,“Baginda Martapura sedang sakit. Hanya ayam emas ini yang dapat menyembuhkannya. Karena itu, kami akan membawa ayammu. Terimalah ini!” Panglima Sarongga menyodorkan sekantung uang. Namun Suntaram menolaknya, “Demi kesembuhan Baginda, bawalah ayam ini. Tak perlu dibayar.” Dengan gembira, Panglima Sarongga membawa ayam itu ke pendopo istana. Saat itu telah berkumpul banyak orang yang mengadu nasib. Namun belum ada yang berhasil. “Baginda, hamba ingin mempersembahkan ayam emas ini,” ujar Panglima Sarongga. Semua yang hadir terperanjat melihat Jaluk. Hanya Baginda Martapura yang biasa-biasa saja, “Bulunya memang indah. Namun aku ingin mendengar suara kokoknya. Apakah semerdu yang di mimpiku?" “Hamba pernah mendengarnya. Suaranya memang merdu sekali!” Panglima Sarongga berbohong untuk meyakinkan Baginda. “Baiklah! Kita tunggu saja sampai ia berkokok!” ujar Baginda. Telur Ayam Emas Ilustrasi: mysticmadness.com Namun, setelah menunggu lama, Jaluk tidak juga berkokok. Bahkan sampai matahari terbenam. Baginda Martapura memberi waktu lagi sampai esok subuhnya. Namun, saat matahari terbit, Jaluk juga tidak berkokok. Semua yang hadir menjadi heran. Panglima Sarongga menjadi malu. Ia menyuruh pengawal menangkap Suntaram. Setibanya Suntaram di istana, “Suntaram, kau harus dihukum. Mengapa tidak kau katakan kalau ayammu bisu, hah?” marah panglima. Suntaram lalu menjelaskan pada Baginda Martapura. Bahwa Jaluk sebenarnya bisa berkokok. Asal, badannya menghadap ke sinar matahari terbit. “Mungkin kurungan dan ruangan ini menghalangi matahari menyinari tubuhnya. Untuk mendengar kokoknya, ia harus dibawa ke luar istana,” ujar Suntaram. Mendengar penjelasan itu, Baginda jadi curiga, “Mengapa kau tidak ikut lomba ini?” “Hamba tidak tahu soal lomba ini, Baginda. Sebab rumah hamba jauh dari pusat kerajaan Martapura," jawab Suntaram jujur. Jaluk lalu dibawanya ke halaman istana. “Uuuk… uuk uuuk uukk…” merdunya kokok Jaluk langsung terdengar. Semua orang berdecak kagum. Baginda yang dipapah Putri Nalam, langsung merasa sehat. Suntaram diijinkan tinggal di istana. Ia bertugas merawat si Jaluk. Sementara itu, Panglima Sarongga menyimpan dendam. Suatu malam, ia dan beberapa prajurit berkhianat kepada raja. Mereka menculik Putri Nalam dan Jaluk. Mereka akan dibebaskan jika Baginda menyerahkan takhtanya pada panglima. Suntaram segera minta ijin pada Baginda. Untuk memimpin pasukan dan menyelamatkan sang putri. Dengan cepat Suntaram menemukan persembunyian Panglima Saronggga di hutan. Pasukan musuh itu berhasil dikalahkan. Putri Nalam pun dibawa pulang dengan selamat. Namun, bagaimana dengan Jaluk? Ooh, bulu-bulunya tidak lagi berkilauan. Rupanya Jaluk menjatuhkan untai-untai benang emasnya sebagai penanda jejak. Kini Jaluk menjadi ayam biasa. Namun karena jasanya, Baginda tetap memeliharanya. Panglima Sarongga dan pasukannya lalu diusir. Mereka tidak diijinkan masuk ke wilayah kerajaan Martapura. Suntaram pun diangkat menjadi panglima baru. Dan dinikahkan dengan Putri Nalam.
anak ayam di samping pecahan cangkang telur. Ia kini mengerti, “Ternyata benda ini telur ayam ajaib!” gumamnya. Suntaram segera membawa anak ayam itu ke istana. Ia ingin menyerahkannya kepada Baginda Martapura. Namun penjaga pintu gerbang mengusirnya. Suntaram dianggapnya pembual. Dengan senang hati Suntaram memelihara anak ayam itu. Ia memberinya nama Jaluk. Delapan bulan pun berlalu. Jaluk menjadi seekor ayam jago yang besar dan kuat. Bulu-bulunya sangat indah. Di setiap helainya terdapat benang emas. Sehingga Jaluk selalu tampak berkilau. Jaluk selalu berkokok pada saat matahari terbit. Namun ada syaratnya. Badan Jaluk harus menghadap sang surya. Bila ia berkokok, suaranya merdu sekali, “Uuuk… uuk uuuk uuuuk…” Suatu ketika, Baginda Martapura jatuh sakit. Tabib istana tidak berhasil menemukan obatnya. Putri Nalam sangat sedih melihat keadaan ayahandanya. Telur Ayam Emas Ilustrasi: jamboree.freedom-in-education.co.uk Suatu malam, Baginda Martapura berkata kepada putrinya, “Nalam anakku, ayah bermimpi melihat seberkas sinar di halaman istana. Ketika Ayah dekati, terdengar suara kokok ayam yang indah sekali." "Namun sayang sekali… ayah tidak tahu benda apa yang bercahaya itu. Oh, tiba-tiba saja Ayah sangat ingin memilikinya…” Esok harinya, berita tentang mimpi itu tersebar di istana. Penjaga gerbang yang pernah mengusir Suntaram teringat pada anak ayam Suntaram. Ia segera melapor pada Panglima Sarongga. “Hmm, jika aku berhasil memiliki ayam ajaib itu, aku bisa melamar Putri Nalam. Itu berarti aku akan menjadi pewaris takhta kerajaan Martapura,” pikir Panglima Sarongga culas. Ia segera mengusulkan agar Baginda Martapura mengadakan sayembara. Jika wanita yang menemukan benda itu, akan dijadikan saudara Putri Nalam. Jika pria, akan dijadikan suami sang putri. Demi kebahagiaan ayahnya, Putri Nalam setuju. Sayembara segera diumumkan. Sementara itu, Panglima dan beberapa pengawal pergi menemui Suntaram. “Apakah benar engkau memiliki seekor ayam emas?” tanya panglima. “Benar Tuan. Apakah yang dapat hamba lakukan?” tanya Suntaram heran. Panglima Sarongga menjawabnya dengan air muka sedih,“Baginda Martapura sedang sakit. Hanya ayam emas ini yang dapat menyembuhkannya. Karena itu, kami akan membawa ayammu. Terimalah ini!” Panglima Sarongga menyodorkan sekantung uang. Namun Suntaram menolaknya, “Demi kesembuhan Baginda, bawalah ayam ini. Tak perlu dibayar.” Dengan gembira, Panglima Sarongga membawa ayam itu ke pendopo istana. Saat itu telah berkumpul banyak orang yang mengadu nasib. Namun belum ada yang berhasil. “Baginda, hamba ingin mempersembahkan ayam emas ini,” ujar Panglima Sarongga. Semua yang hadir terperanjat melihat Jaluk. Hanya Baginda Martapura yang biasa-biasa saja, “Bulunya memang indah. Namun aku ingin mendengar suara kokoknya. Apakah semerdu yang di mimpiku?" “Hamba pernah mendengarnya. Suaranya memang merdu sekali!” Panglima Sarongga berbohong untuk meyakinkan Baginda. “Baiklah! Kita tunggu saja sampai ia berkokok!” ujar Baginda. Telur Ayam Emas Ilustrasi: mysticmadness.com Namun, setelah menunggu lama, Jaluk tidak juga berkokok. Bahkan sampai matahari terbenam. Baginda Martapura memberi waktu lagi sampai esok subuhnya. Namun, saat matahari terbit, Jaluk juga tidak berkokok. Semua yang hadir menjadi heran. Panglima Sarongga menjadi malu. Ia menyuruh pengawal menangkap Suntaram. Setibanya Suntaram di istana, “Suntaram, kau harus dihukum. Mengapa tidak kau katakan kalau ayammu bisu, hah?” marah panglima. Suntaram lalu menjelaskan pada Baginda Martapura. Bahwa Jaluk sebenarnya bisa berkokok. Asal, badannya menghadap ke sinar matahari terbit. “Mungkin kurungan dan ruangan ini menghalangi matahari menyinari tubuhnya. Untuk mendengar kokoknya, ia harus dibawa ke luar istana,” ujar Suntaram. Mendengar penjelasan itu, Baginda jadi curiga, “Mengapa kau tidak ikut lomba ini?” “Hamba tidak tahu soal lomba ini, Baginda. Sebab rumah hamba jauh dari pusat kerajaan Martapura," jawab Suntaram jujur. Jaluk lalu dibawanya ke halaman istana. “Uuuk… uuk uuuk uukk…” merdunya kokok Jaluk langsung terdengar. Semua orang berdecak kagum. Baginda yang dipapah Putri Nalam, langsung merasa sehat. Suntaram diijinkan tinggal di istana. Ia bertugas merawat si Jaluk. Sementara itu, Panglima Sarongga menyimpan dendam. Suatu malam, ia dan beberapa prajurit berkhianat kepada raja. Mereka menculik Putri Nalam dan Jaluk. Mereka akan dibebaskan jika Baginda menyerahkan takhtanya pada panglima. Suntaram segera minta ijin pada Baginda. Untuk memimpin pasukan dan menyelamatkan sang putri. Dengan cepat Suntaram menemukan persembunyian Panglima Saronggga di hutan. Pasukan musuh itu berhasil dikalahkan. Putri Nalam pun dibawa pulang dengan selamat. Namun, bagaimana dengan Jaluk? Ooh, bulu-bulunya tidak lagi berkilauan. Rupanya Jaluk menjatuhkan untai-untai benang emasnya sebagai penanda jejak. Kini Jaluk menjadi ayam biasa. Namun karena jasanya, Baginda tetap memeliharanya. Panglima Sarongga dan pasukannya lalu diusir. Mereka tidak diijinkan masuk ke wilayah kerajaan Martapura. Suntaram pun diangkat menjadi panglima baru. Dan dinikahkan dengan Putri Nalam.
https://tajenonline.live/cara-mengatasi-cacingan-ayam-aduan-dengan-obat-alami
BalasHapusAyam Aduan Mengalami cacingan bisa diatasi dengan obat alami yang dari tajen online jelaskan yaitu tembakau asli penang daun pepaya muda.
Untuk lebih jelas bisa mengunjungi situs resmi ayam kami https://tajenonline.live